Selasa, 22 April 2014
TUGAS KELOMPOK Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Kisah Ir. Agus Edi Sumanto, MM, MSi, seorang pakar economic syariah
Ir. AGUS EDI SUMANTO, MM, MSi,
Agus Edi Sumanto
Tidak tenang bekerja di perusahaan asuransi konvensional, Agus Edi Sumanto hijrah ke perusahaan asuransi syariah. Di situ ia menemukan ketenangan hati, sampai akhirnya ia menduduki posisi puncak di PT. Asuransi Takaful Keluarga. Untuk mendapatkan amanah sebagai direktur utama dari perusahaan asuransi syariah sekelas PT. Asuransi Takaful Keluarga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Butuh persiapan dan proses yang tidak pendek. Setidaknya itulah yang dirasakan Agus Edi Sumanto, lelaki kelahiran Ponorogo, 19 Agustus 1963, yang pada bulan Juli lalu diangkat sebagai Direktur Utama PT. Asuransi Takaful Keluarga.
Pengalaman hidup dan perjalanan karirnya mengajarkan satu hal "kesuksesan itu tidak ada yang gratis. Untuk mencapainya, seseorang harus mempunyai persiapan yang matang, melalui proses yang tidak gampang, niat baik dan kerja keras". Inilah prinsip-prinsip yang dipakai Agus. Kepercayaan yang ia terima tak lain karena implementasi prinsip-prinsip itu dengan benar, ditambah kapasitasnya yang sudah teruji di bisnis asuransi.
“Jangan banyak menuntut sebelum anda sendiri mempersiapkan diri dan layak diberi amanat. Karena itu, saya selalu mencari dan mencari untuk mempersiapkan apa yang akan terjadi nanti,” papar bapak tiga anak yang salah satu putrinya, Adwina Aisyah Dewi, mondok di Pondok Gontor Putri 1 Mantingan, Ngawi. Agus juga percaya bahwa segala sesuatu itu akan didapat jika ada niat baik dan kerja keras. Bagi alumni ITS tahun 1982 jurusan statistika ini, Allah menilai seseorang bukan dari hasilnya, tapi lebih dari itu adalah prosesnya. Jika hasilnya banyak, tapi prosesnya curang, di mata Allah itu tidak ada artinya. Sedang hasil yang sedikit dengan proses yang benar, maka Allah akan memberkahi usahanya. Kebiasaan bekerja keras dan melakukan persiapan sebaik mungkin ini diilhami oleh orangtuanya, Sayyid dan Suci. Keduanya petani tulen yang giat bekerja di daerah Bangsalan, Sambit, Ponorogo. Wejangan orangtuanya agar bekerja keras, jujur, menghargai orang lain dan waktu, menggugah Agus untuk selalu berbuat yang terbaik dalam menjalan tugas-tugasnya.
“Saya tahu banyak bagaimana orangtua saya bekerja. Itu cambuk bagi saya untuk bekerja yang terbaik,” ujar Agus yang juga mengajar di UIN Syarif Hidayatullah.
Hijrah dari Konvensional ke Syariah
Sebelum memutuskan hijrah dari perusahaan asuransi konvensional, Agus merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, yaitu ketenangan batin dalam menjalani hidup. Selama berada di perusahaan konvensional, ia sudah menjabat sebagai Kepala Divisi Teknik dan Pengembangan Produk, sebuah posisi yang menghasilkan cukup income besar saat itu. Tapi ia merasa dirinya hanya dipenuhi pikiran untuk mencari uang, uang dan uang. Sedangkan nilai-nilai yang sifatnya spiritual terabaikan. Setelah melalui proses yang panjang dan kecamuk yang ada dalam dirinya, Agus akhirnya memutuskan hijrah ke PT Asuransi Takaful Keluarga. Tahun pertama di perusahaan asuransi syariah itu, ia merasa penghasilannya menyusut setengah. Agus sadar, inilah salah satu resiko yang harus ia hadapi. Kendati begitu, ia tidak berkecil hati. Ia tetap optimis bisa membangun Takaful menjadi lebih baik.
Berkat pengalamannya di perusahaan asuransi konvensional, Agus pun diberi amanat menjabat Kepala Divisi. Tanggung jawabanya meliputi pengembangan bisnis korporat, bancassurance dan health insurance, pengembangan produk, pricing, analisis biaya, riset pasar, memelihara hubungan dengan nasabah korporat, menutup bisnis korporat berskala besar, kompensasi agen serta bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas divisi sesuai dengan SOP. Semua dikerjakan Agus dengan maksimal. ”Saya mencoba membenahi hal-hal yang kurang pas. Alhamdulillah cukup berhasil,” ujar lulusan Magister Sains (MSi) dari Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Indonesia ini tenang.
Berkat keberhasilannya itu, tahun 2004 Agus dipindah ke posisi yang lebih tinggi, yakni di PT Syarikat Takaful Indonesia yaitu perusahaan induk dari PT Asuransi Takaful Keluarga dan PT Asuransi Takaful Umum. Di situ ia diangkat sebagai Kepala Divisi Corporate Strategy & Business Development yang bertanggung jawab atas pengembangan bisnis dan strategi perusahaan. Di divisi ini, meski tantangannya lebih berat, potensi Agus lebih terasah. Salah satu agenda utamanya adalah mengubah mindset masyarakat tentang asuransi. Saat ini, menurut Agus, sebagian besar masyarakat masih melihat bisnis asuransi hanya sebagai urusan kematian, kecelakan, kebakaran, klaim yang susah, berbelit-belit, dan lain sebagainya. Citra yang miring ini juga dialami asuranasi syariah Takaful. Apalagi ketika itu, Takaful masih perusahaan baru dan masih kecil. “Ini tantangan tidak mudah,” tegas Agus. Takaful akhirnya merubah visi dan misi perusahaannya. Ia bukan perusahaan yang hanya berkutat pada masalah kematian dan kecelakaan, tapi juga memberikan solusi dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko bagi umat. Takaful juga menawarkan jasa dan keuangan syariah yang dikelola secara profesional, adil dan amanat.
Setelah berjalan dua tahun, Agus diangkat menjadi Direktur Pemasaran di Takaful. Ini mengingatkan dirinya ketika bekerja di divisi pemasaran Bank Internasional Indonesia (BII). Saat itu, ia pernah mencapai target penjualan Rp 1 milyar lebih dalam setahun. Kenangan ini pula yang memberikan semangat bagi dirinya untuk menjual produk lebih baik di banding saat di BII. “Alhamdulillah saya pernah menjadi marketing perusahaan asuransi konvensional. Ketika saya diberi amanat menjadi direktur pemasaran, saya sudah siap dengan tugas tersebut,” papar Agus. Saat menjabat sebagai direktur pemasaran, ia mengerahkan partner kerjanya untuk memberikan yang terbaik kepada nasabah (pemegang polis). Sebab, dari sanalah perusahaan akan berjalan dengan baik dan dipercaya masyarakat. Namun, tanpa didukung oleh sistem marketing yang baik, mustahil nasabah akan tertarik dan bergabung menjadi nasabahnya. “Pada prinsipnya, di bidang layanan jasa dan lembaga keuangan, semua orang adalah marketer (pemasar). Baik yang diduduk di level tertinggi, seperti direktur hingga level terbawah seperti office boy. Semuanya marketer dan berlaku serta bersikap sebagai seorang pemasar dalam melayani nasabahnya. Karena tujuannya sama, saling mendukung,'' tandas Agus.
Menurut Agus ini, paradigma bahwa tugas bagian marketing hanya menjual adalah salah. Orang keuangan pun marketer yang berfungsi mengadministrasikan premi. Orang teknik juga marketer yang bertugas mendesain produk, menyiapkan polis dan meng-handle klaim. Sedang orang front line (agen) juga marketer yang melakukan closing (penutupan). ''Jadi semuanya memiliki tujuan yang sama untuk kepentingan perusahaan,'' jelasnya. Dengan begitu, kata Agus, akan dihasilkan kinerja yang saling mendukung antara satu dengan lainnya. Tujuannya tak lain, tercapainya target perusahaan yang merupakan bentuk pertanggungjawaban kerja Agus. Sampai di sini, bukan hal yang mengherankan, jika selama dipegang Agus, pemasaran Takaful berhasil mencapai premi sebesar Rp 116 milyar atau naik 65 % di banding tahun sebelumnya.
Puncaknya, pada bulan Juli 2007, suami dari Dewi Kustiawati ini akhirnya diberi amanah menjadi Direktur Utama PT Asuransi Takaful Keluarga. Tugas yang makin besar, terutama untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi “Top Ten” di industri asuransi. “Saat ini Takaful masih 20 besar di industri asuransi. Tahun 2011 harus bisa masuk “top ten”-nya,” tandasnya.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Ir. AGUS EDI SUMANTO, MM, MSi,
Ponorogo, 19 Agustus 1963
KUALIFIKASI PROFESIONAL
Ahli Asuransi Indonesia Jiwa, AAIJ. Ajun Aktuaris Associate of the Society of Actuaries of Indonesia (ASAI). Associate of International Association of Registered Financial Consultants. Memiliki Sertifikat di bidang Investment-Linked dari Singapore College of Insurance. Memiliki sertifikat sebagai Investment Manager Representative dari BAPEPAM. Berlisensi sebagai wakil penjual reksa dana (Mutual Fund Selling Agent) dari BAPEPAM. PENGALAMAN KERJA
Direktur Utama PT Asuransi Takaful Keluarga (Juli 2007—sekarang). Direktur Pemasaran PT Asuransi Takaful Keluarga (2006) Kepala Divisi Corporate Strategy & Business Development PT Asuransi Takaful Keluarga (2004–2006) Kepala Divisi Corporate Business, Bancassurance & Health Insurance PT Asuransi Takaful Keluarga (2000–2004) Kepala Divisi Teknik dan Pengembangan Produk PT Eka Life, Jakarta, dan Pjs Kepala Divisi Dana Pensiun (DPLK Eka Life) (1995–2000). Account Relation Manager (Marketing) PT BII Lend Lease (1992–1995). Asisten Manajer Marketing PT Bank Internasional Indonesia (1992–1993). Actuarial Marketing PT. Tugu Jasatama Reasuransi Indonesia (1991–1992) Actuarial Marketing PT Marein (Reinsurance Company) (1988–1991). ORGANISASI
Sekjen di Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) Sekretaris IV di Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Wakil Ketua Komisariat V di Asosiasi Asuransi Indonesia Jiwa. Instruktur pada IARFC Indonesa dan Kepala Divisi Perencanaan Keuangan Islami.
PT. ANTAM Mempengaruhi Perekonomian Indonesia
PT. ANEKA TAMBANG (PERSERO) tbk
Dampak Tidak Langsung Terhadap Perekonomian
Kehadiran ANTAM, baik secara langsung maupun tidak langsung, diharapkan dapat terus mendatangkan manfaat bagi masyarakat, terutama komunitas lokal yang berada di sekitar wilayah operasi Perseroan. Salah satu bentuk kontribusi langsung ANTAM terhadap perekonomian lokal adalah utilisasi tenaga kerja lokal yang bekompetensi.Jumlah persentase tenaga kerja lokal terhadap jumlah total karyawan tetap di masing-masing Unit Bisnis dan Unit ANTAM.
Sedangkan manifestasi kontribusi ANTAM secara tidak langsung adalah, salah satunya, pemanfaatan perusahaan lokal sebagai mitra kerja pemasok sebagian kebutuhan Perseroan, yang diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Di tahun 2012, mitra kerja lokal merepresentasikan 34% dari total mitra kerja ANTAM sejumlah 822 perusahaan, turun 3% dibandingkan persentase tahun 2011 sebesar 37% terhadap jumlah total mitra kerja Perseroan di tahun 2011 sebesar 729 perusahaan.
Upaya pengembangan perekonomian lokal juga diwujudkan oleh ANTAM melalui partisipasi Perseroan dalam Program Kemitraan yang dicanangkan Pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007. Program ini ditujukan untuk membangun perekonomian lokal melalui pembinaan UsahaMikro danKecil ("UMK"). Program ini menyalurkan pinjaman modal kepada pelaku UMK lokal yang dananya disisihkan sebesar 2% dari Laba Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilk Entitas Induk Perseroan, sesuai dengan peraturan tersebut di atas.
Pengelolaan prekonomian
Realisasi dari tanggung jawab sosial di bidang ekonomi diwujudkan ANTAM dengan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat dan pemerintah, serta menciptakan dampak positif pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Bentuk kontribusi dan pembangunan ekonomi kepada masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan kesejahteraan sosial, selain berkontribusi ke pemerintah dilakukan melalui pembayaran pajak, royalti dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) lainnya, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Instrumen penting ANTAM dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memerangi kemiskinan di wilayah operasional Perusahaan diwujudkan dalam Program Kemitraan (PK). Program kegiatan difokuskan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan pemberian bantuan modal usaha dan/atau modal investasi. ANTAM menyediakan maksimal 2% bagian dari laba bersih untuk bantuan ini. Dana bantuan bersifat bergulir (revolving) yang diperuntukkan bagi perputaran usaha yang berkesinambungan dengan mitra yang berbeda dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi bagi masyarakat, sesuai dengan Peraturan Menteri (PERMEN) BUMN nomor 05/MBU/2007. Dalam skala prioritas, pelaksanaan bantuan pinjaman dana ini diperuntukkan bagi pengusaha mikro, kecil dan menengah, termasuk koperasi yang berada dalam wilayah operasi ANTAM. Bantuan pinjaman dana ini tidak hanya kepada perorangan, tetapi juga kepada kelompok usaha yang memiliki jenis usaha yang sama. Untuk tahun buku 2013, ANTAM menyisihkan Rp20,3 miliar untuk danaProgram Kemitraan.
Selain memberikan bantuan pinjaman modal, ANTAM juga melakukan pembinaan bagi semua mitra binaan yang disebut dengan capacity building. Melalui pembinaan ini ANTAM berusaha meningkatkan kualitas mitra binaan sehingga mereka diharapkan tidak hanya bersandar pada bantuan Perusahaan terus-menerus, namun mampu berkreativitas menuju kemandirian usaha. Sejak tahun 2008 sampai dengan bulan Juni 2013, jumlah mitra binaan ANTAM mencapai 4.924 mitra binaan. Sejak bulan Januari sampai Juni 2013, dana program kemitraan yang telah dikeluarkan mencapai Rp3,3 miliar. Pada semester pertama tahun 2013, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ANTAM turun 21,5% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 menjadi Rp373,6 miliar. Laba bersih per saham (Earning Per Share, EPS) tercatat sebesar Rp39,18 pada semester pertama tahun 2013 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp49,97. Penurunan ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga pokok penjualan dan beban usaha. Laporan keuangan ANTAM semester I 2013 dilakukan limited review oleh PWC sesuai peraturan ASX.
Pada semester I 2013, kontribusi kepada negara oleh ANTAM tercatat sebesar Rp1,13 triliun dengan komposisi Rp388,3 miliar dalam bentuk pajak dan Rp746,6 miliar dalam bentuk kontribusi Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Rabu, 02 April 2014
Cara mengatasi tablet android mati total
short speech- negative impact of internet
Assalamualaikum wr. wb.
Selasa, 01 April 2014
pendapat saya mengenai sejarah prekonomian indonesia
MENURUT PENDAPAT SAYA
Prekonomian di Indonesia dari tahun ke tahun,refomasi ke reformasi, dari masa presiden ke presiden sangat menghawatirkan jika pemerintah tidak cepat tanggap dan atasi masalah-masalah yang akan terus datang dari adanya kegiatan prekonomian diindonesia. Pada masa pasca kemerdekaan Indonesia pun prekonomian Indonesia sangat buruk padahal negara baru saja merdeka. Namun prekonomian Indonesia sempat mengangsur membaik mulai zaman pemerintahan BJ Habibie dengan kebjakan-kebijakannya yang diutamakan untuk mengendalikan stabilitas politik sampai masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono hingga sekarang mulai memulih, meskipun masalah-masalah prekonomian Indonesia tidak akan ada hentinya. Oleh karna itu, pemerintah harus kerja keras untuk lebih kreatif dan memutar otak menciptakan trobosan yang menguntungkan prekonomian Indonesia karna itu bukan hal yang mudah.
sejarah prekonomian indonesia
- Inflasi
- Adanya blokade
ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk menutup pintu
perdagangan luar negeri RI.
- Kas Negara
kosong
- Eksploitasi
besar-besaran di masa penjajahan
- Devaluasi yang
diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan nilai uang sebagai berikut :Uang
kertas pecahan Rp 500 menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi
Rp 100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
- Pembentukan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia
dengan cara terpimpin.
- Devaluasi yang
dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang senilai Rp 1000 menjadi Rp
1.
- Meminta
penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemun Paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3
triliun.
- Kebjakan
privatisasi BUMN. Privatisasi adalah menjual perusahaan Negara di dalam
periode krisis dengan tujuan melindungi perushaaan Negara dari intervensi
kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban Negara. Hasil penjualan itu
berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4.1%. Namun,
kenijakan ini memicu banyak kontroversi, karena BUMN yang diprivatisasi
dijual ke perusahaan asing.